Ubah bahasa halaman:

Translate Language By: Irfan's

Kamis, 24 Maret 2011

Peristiwa Isro' Mi'roj

Peristiwa Isro' dan Mi'roj termasuk peristiwa sejarah
yang begitu sangat banyak mendapat perhatian dan
perbincangan para ilmuwan sosial.
Diantara ahli sejarah, ada yang sangat berlebihan
dalam memandang kedudukan nabi Muhammad
berikut mu'jizatnya, ada pula sebaliknya,
mengingkari sama sekali keberadaan mujizat dalam
perjalanan sejarah hidup seorang nabi.
Menurut Dr. Muhammad Said Romadhon Al Buty,
dalam bukunya
"Fiqhus Sîrah An Nabawiyyah".
Bahwa adanya pandangan yang mengingkari
mu'jizat Nabi dalam peristiwa Isro' dan mi'roj ini,
berasal dari para orientalis yang turut mengkaji
peristiwa Isro' dan Mi'roj tanpa terlebih dahulu
didasari keimanan terhadap hal-hal yang gho'ib.
Sehingga fenomena apapun dalam sejarah, selalu
mereka ukur dengan logika akal yang terbatas.
Diantara para orientalis yang memiliki pandangan
seperti ini adalah Gustaf Lobon, Ougust Comte,
Hume, Gold Ziher dan banyak lagi yang lainnya.
Sebagai sebab utama dari pandangan mereka
seperti ini adalah, karena tiadanya iman terhadap
pencipta mujizat itu sendiri.
Karena jika iman kepada ALLAH telah tertanam di
dalam jiwa seseorang, maka akan mudah untuk
mengimani segala sesuatu yang lebih mudah dari
pada itu.
Sayangnya, pemikiran seperti ini tidak hanya dimiliki
oleh para orientalis kafir saja.
Akan tetapi telah diadopsi juga oleh sebagian
pengkaji dari kalangan kaum muslimin sendiri, yang
terlalu silau dengan istilah metodologi ilmiyah -
padahal subjektif- yang digembar-gemborkan
Eropa.
Sehingga akhirnya mereka berpandangan bahwa
yang melakukan Isro' dan Mi'roj itu hanyalah ruh
nabi, bukan fisiknya (jasadnya).
Karena menurut mereka, mustahil tubuh nabi yang
material dan terbuka itu bisa menembus lapisan
langit dalam waktu yang sangat terbatas.
Namun pandangan seperti ini telah banyak dibantah
oleh para ulama Islam, bahwa kata-kata 'abdihi
(hamba-NYA) dalam surat Al-Isro' ayat 1 itu adalah
terdiri dari unsur ruh dan tubuh.
Karena dalam bahasa Arab, ruh saja tidak cukup
untuk bisa dikatakan sebagai hamba, begitu
sebaliknya bahwa tubuh saja tidak bisa dikatakan
sebagai hamba.
Yang dikatakan sebagai seorang hamba mesti terdiri
dari gabungan unsur ruh dan tubuh.Sumber kisah-kisah tentang perjalanan yang penuh
misteri itu adalah kata-kata pada permulaan Surah Al
Isro' yang berbunyi:
ﺳﺒﺤﺎﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﺃﺳﺮﻱ ﺑﻌﺒﺪﻩ ﻟﻴﻼ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ
ﺍﻟﻲ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺍﻷﻗﺼﻲ ﺍﻟﺬﻱ ﺑﺎﺭﻛﻨﺎ ﺣﻮﻟﻪ ﻟﻨﺮﻳﻪ ﻣﻦ
ﺁﻳﺎﺗﻨﺎ ﺇﻧﻪ ﻫﻮ ﺍﻟﺴﻤﻴﻊ ﺍﻟﺒﺼﻴﺮ) .ﺍﻹﺳﺮﺍﺀ: 1 ).
"Maha suci ALLAH yang telah memperjalankan
hamba-NYA dari Al Masjidil Harom ke Al Masjidil
Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar
Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-
tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya DIA adalah ROBB yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat".
Dalam kitab sirahnya, Ibnu Ishaq menggambarkan
kisah Isro' dan mi'roj ini sebagai berikut:
Suatu malam Jibril membawa nabi naik ke atas
punggung samawi yang disebut Buroq; lalu
Muhammad SAW mengadakan perjalanan bersama
Jibril.
Dan dalam perjalanan malam ke Yerussalem,
Rosulullooh diperlihatkan dengan berbagai keajaiban.
Dan sesampainya di Masjidil Aqsho, Rosulullooh
bertemu dengan nabi-nabi terdahulu, sekaligus
mendapatkan penghormatan untuk mengimami
sholat bersama mereka.
Al Buroq, dalam bahasa Arab menurut sebagian
pendapat berasal dari kata "Al Barq" yang berarti
kilat.
Boleh ditafsirkan bahwa penggunaan nama ini
dalam Al Qur'an adalah untuk menunjukkan
kecepatan yang tiada tara dari jenis kendaraan ini.
Di dalam buku-buku hadits, Al buroq ini
digambarkan sebagai kuda putih yang sangat indah.
Oleh sebab itu logika orang Arab pada zaman
Rosulullooh Sholalloohu'alaihi wassalam tidak dapat
menerima peristiwa Isro' dan mi'roj yang
diceritakan oleh baginda Rosul ini.
Karena mereka mengetahui bahwa seseorang yang mengendarai kuda pulang pergi
dari Mekah ke Palestina akan memakan waktu
selama lebih kurang dua bulan.
Sementara Rosulullooh mengatakan kepada mereka,
bahwa beliau telah pergi ke Masjidil Aqsho dan di
lanjutkan lagi dengan perjalanan mi'roj ke langit
tinggi, hanya dalam waktu satu malam.
Sehingga berita yang disampaikan oleh rosul tercinta
ini, menjadi bahan tertawaan dan cemoohan bagi
orang-orang yang mempunyai penyakit dalam
hatinya, yaitu orang-orang kafir Quroys yang
mengingkari kebenaran ajaran Islam yang dibawa
oleh Rosulullooh sholalloohu'alaihi wassalam.
Lain dengan kita yang hidup pada era teknologi
canggih sekarang ini, dimana para ilmuwan telah
mampu menemukan kecepatan sebuah teknologi
yang melebihi kecepatan cahaya dan suara, yang
secara aksiomatis sudah pasti akan mengurangi
panjangnya masa dalam menempuh sebuah
perjalanan, dan secara otomatis manusia pada
zaman sekarang dapat memahami bahwa sesuatu
perjalanan sejauh manapun bisa dilakukan dalam
waktu yang lebih singkat dari yang terjadi pada
masa-masa sebelumnya.
Seandainya saja orang-orang kafir yang menentang
Rosulullooh itu masih hidup bersama kita sekarang
ini, tentu saja mereka akan melihat kebenaran apa
yang disampaikan Rosulullooh kepada mereka.
Ternyata hal itu bukan merupakan sesuatu yang
mustahil dalam kehidupan kita sebagai manusia
biasa di zaman ini, apalah lagi kiranya bagi seorang
rosul ALLAH yang dikehendaki sendiri oleh ALLAH
sebagai Sang Pencipta.
Dalam waktu yang sangat singkat, Rosulullooh telah
sampai di "Al Bait Al Maqdis".
Di sana beliau bertemu dengan para nabi terdahulu,
dan mengimami shalat.
Sesungguhnya Isro' dan Mi'roj adalah perjalanan
yang penuh dengan keberkahan, antara Masjidil
Harom yang dibangun oleh Nabiyullooh Ibrohim
dan anaknya Isma'il 'Alaihimassalam di Mekah dan
Masjidil Aqsho yang dibangun oleh Nabiyullooh
Daud dan Sulaiman 'Alaihimassalam di Palestina.
Kedua rumah suci ini telah diberkahi oleh ALLAH
Subhanahu wata'ala.
Demikian juga dengan apa yang terdapat
disekitarnya, demikian yang termaktub dalam
firman ALLAH.
Sehingga tempat ini benar-benar menjadi pusat
peribadatan dan pengESAan kepada ALLAH SWT,
dan pada kedua tempat suci inilah wahyu-wahyu
ALLAH diturunkan kepada para rosul-NYA.
Dalam perjalanan menuju Masjidil Aqsho,
Rosulullooh SAW sempat singgah di suatu bukit
yang penuh berkah, dimana Nabi Musa AS pernah
menerima wahyu langsung dari ALLAH SWT, yaitu
"Bukit Tursina", dan Rosulullooh sholat dua rakaat di
tempat itu.
Disamping itu Rosulullooh juga mampir di tempat
kelahiran nabi Isa AS, yaitu di sebuah bukit
mubarokah yang disebut "Betlehem (`baitullhami`,
bahasa Arabnya)" dan beliau pun sholat dua rokaat.
Akhirnya sampai di "Baitul Maqdis".
Di tempat suci inilah, beliau bertemu dengan nabi
Ibrohim dan Musa di tengah kumpulan para nabi
dan Rosul ALLAH yang lain.
Di tempat ini juga Rosulullooh SAW sholat sebagai imam
bagi para Nabi.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan
Muslim, disebutkan bahwa malaikat Jibril datang
kepada Rosulullooh dengan membawa dua gelas
minuman, satu berisi anggur, dan satu lagi berisi
susu.
Kemudian Rosulullooh memilih gelas yang berisi
susu.
Jibril berkata:
"Engkau telah memilih Fithroh".
~HR Bukhari dan Muslim~
Selanjutnya barulah Rosulullooh melanjutkan
perjalanan ke langit, yang disebut dengan "mi'roj".
Dalam peristiwa mi'roj inilah Rosulullooh melihat
tanda-tanda kebesaran ALLAH yang Maha Agung
(min aayaati Rabbihil Kubro).